Penanaman Karakter: Keteladanan dari Kepala Sekolah
Oleh: Emma Churyaningtias, S.Pd.
Alhamdulillah! Pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan yang lebih baik dari pada zaman sebelum kemerdekaan dan era setelah kemerdekaan, khusunya di bidang ilmu pengetahuan. Tidak sedikit juara dunia olimpiade MIPA dan penemuan-penemuan di bidang pertanian, alat-alat elektronik, kesehatan, obat-obatan, kecantikan, dan sebagainya diraih oleh anak Indoneisa. Namun, produk pendidikan kita untuk menghasilkan generasi-generasi yang jujur, sopan, santun, kompetitif, pantang menyerah, dapat bekerja sama dengan yang lain, apakah sudah terwujud?
Kenyataan yang dihadapi oleh negara kita adalah banyak generasi kita yang tidak jujur. Setelah mereka memperoleh kedudukan atau jabatan yang tinggi, mereka korup, tidak amanah, bukan pekerja keras, tidak berani bersaing, tidak dapat bekerja secara tim, dan sebagainya. Pertanyaannya adalah “Mengapa? Apa yang salah dengan pendidikan kita?”
Keadaan seperti ini bila dilihat dari sisi akhlak atau karakter maka mutu pendidikan saat ini tidak lebih baik dari pendidikan orang-orang tua zaman dahulu. Yaitu, nguwongno uwong, nyenengno uwong, nggatekno uwong, ora nggelakno uwong (memuliakan orang, menyenangkan orang, memperhatikan orang, tidak mengecewakan orang). Berdasarkan hal tersebut, tidak salah bila pemerintah mencanangkan adanya Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di semua sekolah Indonesia. PPK harus dimasukkan/diintegrasikan dalam semua mata pelajaran/muatan pelajaran dalam Kurikukulum 2013 melalui KI 1 (Kompetensi Inti di bidang Agama) dan KI 2 (Kompetensi Inti di bidang Sosial).
Pengintegrasian KI 1 dalam semua mupel/mapel sangatlah penting. Semua yang ada di alam semesta ini harus dikaitkan dengan nilai-nilai ketuhanan. Dengan demikian jiwa anak tidak akan menjadi gersang. Mereka akan sangat mengenal Tuhannya. Demikian pula KI 1 tentang sosial, murid akan belajar bersosialisasi dengan baik, yaitu: bekerja sama dalam tim, memiliki simpati dan empati kepada sesama, dst.
Pendidikan karakter merupakan pilihan yang terbaik dalam mewujudkan mutu pendidikan demi terwujudnya generasi yang memiliki kualitas pribadi yang baik yang menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang zaman, sesuai dengan tujuan penyelenggaraan pendidikan Indonesia yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Pendidikan karakter ini pula dipilih oleh negara Finlandia, yang terkenal dengan mutu baik pendidikannya. Contoh hasil pendidikan di negara tersebut adalah seorang anak usia belasan tahun dapat menjadi direktur perusahaan, ahli matematika, dalam diskusi mereka terbiasa bersikap santun kepada lawan bicara, berani mengemukakan pendapat. Wah, kok bisa? Hal itu dikarenakan pendidikan di negara Finlandia menanamkan dan membangun kapasitas yang dimiliki anak secara optimal dengan penanaman karakter mulai usia dini, yaitu usia TK yang merupakan usia emas atau golden age.
Langkah-langkah apa yang harus ditempuh oleh kepala sekolah untuk dapat mewujudkan pendidikan karakter di lembaganya? Berikut langkah-langkah dan komponen yang diterapkan oleh Kepala Sekolah SDIT Al Mishbah dalam mewujudkan pendidikan karakter:
1. Peranan kepala sekolah
Peranan seorang kepala sekolah sangatlah penting dalam mewujudkan sekolah berkarakter. Seorang kepala sekolah harus mempunyai sifat tekun, ulet, semangat, optimis, rasa peduli yang tinggi, pantang menyerah, dan open (dalam bahasa Jawa)/mengurusi.
Kepala sekolah harus tekun, ulet, dan semangat dalam memantau aktivitas-aktivitas dan dilakukan secara terus menerus. Dengan sikap optimis maka semangat akan tumbuh dan yakin bahwa usaha keras akan membuahkan hasil yang baik. Dia harus peduli dengan hal-hal kecil di sekitarnya. Karena sesuatu yang besar berasal dari hal-hal kecil.
2. Menentukan karakter yang harus dimiliki oleh murid-murid dan guru
Karakter-karakter yang dipilih harus mendukung visi misi sekolah. Contoh karakter yang ditumbuhkan, misalnya santun, disiplin, sadar kebersihan, tertib, dst.
3. Tauladan yang baik dari seorang kepala sekolah
Sebelum menerapkan indikator karakter yang akan ditumbuhkembangkan ke lingkungan sekolah, kepala sekolah dan guru harus memiliki karakter-karakter tersebut terlebih dahulu.
4. Membuat juknis pelaksanaannya dan simulasi
Petunjuk dan teknis bagaimana karakter tersebut dapat berjalan dengan efisien dan efektif harus dibuat oleh kepala sekolah dan harus disimulasikan kepada guru dan murid.
5. Adanya kerja sama yang baik di antara semua stakeholder
Sebuah program tidak akan dapat berjalan dengan baik, mudah, efisien, dan efektif tanpa didukung oleh semua stakeholder. Mereka harus ikut mendukung program tersebut dan menjalankannya.
6. Adanya ceklis dan kontrol secara terus-menerus
Dalam melaksanakan program penanaman dan pengembangan karakter di sekolah, kepala sekolah harus membuat alat untuk memantau/mengontrol dan menilai. Alat tersebut dapat berupa format ceklis. Hal ini harus dilakukan secara kontinyu dalam waktu yang ditentukan.
7. Adanya penilaian dan laporan khusus untuk pendidikan karakter
Format ceklis dapat dipakai sebagai dasar untuk penilaian karakter pada murid, guru, dan pemberian penghargaan. Penghargaan sangat penting diberikan kepada murid dan guru. Pemberian hadiah adalah sebagai bentuk penghargaan sekolah kepada murid atau guru karena telah melaksanakan program dengan baik. Dengan penghargaan, murid atau guru akan bersemangat dalam melaksanakan program tersebut. Sebaliknya, yang tidak melaksanakan program dengan baik akan diberikan sanksi. Pelaporan untuk karakter dapat diberikan ke orang tua ketika penerimaan rapor.
Setelah melakukan langkah-langkah di atas, peluang untuk keberhasilan sangatlah tinggi. Menjadikan sekolah berkarakter tidaklah semudah membalikkan tangan. Kesungguhan, ketekunan, keikhlasan, dan keistiqamahan menjadi kunci keberhasilan dalam mewujudkan pendidikan karakter. Semoga sukses untuk pendidikan di Indonesia!
* Emma Churyaningtias, S.Pd. adalah Kepala Sekolah di SDIT Al Mishbah, Jombang (2014 – sekarang)